Jumat, 10 Maret 2017

IKHLAS DAN NIAT YANG BAIK PADA AMALAN ZHAHIR DAN AMALAN BATHIN

Allah berfirman :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ .....
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus....." (QS. Al-Bayyinah : 5)

لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ ....
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya....."

Menurut Ibnu Abbas, makna ayat tersebut bahwa yang sampai kepada Allah adalah niatnya.


Diriwayatkan daripada Umar bin Khatthab r.a., Rasulullah saw bersabda :

"Perbuatan itu bergantung dengan niat, dan tiap-tiap orang (beramal) menurut niatnya. Barang siapa dalam berhijrah menuju kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka (balasan) hijrahnya mendapat keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa berhijrah untuk (mencari kepentingan) dunia, ia dapatkan dunia itu, atau untuk (mendapatkan) seorang wanita, ia pun menikahinya, maka (balasan) hijrahnya (ia dapatkan) menurut (niat) hijrah yang ia lakukan".
(Hadist shahih yang disepakati oleh ulama ahli hadist).

Hadist ini merupakan salah satu Hadist yang menjadi dasar hukum Islam. Ulama-ulama salaf dan Khalaf sangat senang memulai karangan-karangan mereka dengan mengutip Hadist ini, untuk mengingatkan para pembaca betapa pentingnya meluruskan niat.

Kepada kami diriwayatkan dari Imam Abu Sa'id Abdur Rahman bin Mahdi ia berkata :
"Barang siapa mengarang atau menulis sebuah kitab hendaklah dimulai dengan mengutip Hadist ini".

Imam Abu Sulaiman Al-Khaththabi menyatakan :
"Guru-guru kami senang sekali mengemukakan Hadist ini pada tiap-tiap permulaan suatu pekerjaan yang ada hubungannya dengan agama".

Kami terima sebuah atsar dari Ibnu Abbas r.a, ia berkata :
"Hanya seseorang mendapatkan pemeliharaan (amal) menurut niatnya".
Ada lagi yang mengatakan :
"Hanyasanya diberikan kepada manusia (balasan amal mereka) menurut ukuran niat mereka".

Diriwayatkan kepada kami dari Abu Ali Fudhail bin 'Iyadh :
"Tidak beramal lagi karena manusia adalah riya. Beramal karena manusia adalah syirik. Apabila kamu beruntung mendapatkan pemeliharaan Allah daripada keduanya, itulah namanya ikhlas".

Imam Al-Harits Al Muhasibi mengatakan :
"Orang yang benar itu ialah orang yang tidak memperdulikan setiap penghormatan yang bersemi di hati ummat manusia yang ditujukan kepadanya : Hal ini adalah karena kesuciannya. Ia tidak senang diketahui orang kebaikannya walaupun yang sekecil-kecilnya dan tidak benci bila dikoreksi kejelekan amalnya oleh orang lain".

Dari Hudzaifah Al-Mar'asyi, ia berkata :
"Ikhlas ialah kesamaan perbuatan hamba baik pada ZHAHIR ataupun pada bathin".

Diriwayatkan kepada kami dari Abul Qasim Al-Qusyairi :
"Ikhlas aialah sengaja mengesakan Allah dalam beribadat. Dengan beribadat itu ia maksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah bukan karena lainnya, seperti berbuat sesuatu karena makhluk, berbuat kebaikan yang terpuji disisi manusia, suka dipuji atau lain-lainnya yang bukan takarub kepada Allah".

Abu Muhammad Sahal bin Abdullah At-Tastari menjelaskan :
"Para akyas (cendekiawan) dalam menafsirkan ikhlas tidak lebih daripada ini. Yaitu gerak dan diamnya, ditengah kesepian atau ditengah ramai hanya karena Allah Ta'ala. Tiada bercabang dua dengan kehendak nafsu, keinginan diri dan keinginan keduniaan".

Diriwayatkan kepada kami dari Abu Ali Ad-Daqqaq :
"Ikhlas ialah memelihara diri daripada ingin diperhatikan makhluk. Sedangkan Siddiq (benar) itu ialah menyucikan diri daripada memenuhi kehendak nafsu. Orang yang ikhlas tidak ditemukan riya didalam dirinya dan orang yang Siddiq itu tidak akan ditemukan adanya kesombongan dalam dirinya".

Dzun Nun Al-Mishri mengatakan :
"Alamat ikhlas itu ada tiga, pertama pujian dan celaan orang sama saja bagi dirinya. Kedua, tidak riya dalam beramal ketika ia sedang melaksanakan amal itu. Dan ketiga, amal yang ia lakukan hanya mengharapkan pahala di akhirat".

Diriwayatkan kepada kami daripada Al-Qusyairi :
"Sifat Siddiq (benar) dalam batas minimal ialah adanya kesamaan dalam beramal baik ditengah kesepian ataupun ditengah orang ramai".

Dari Sahal At-Tastari :
"Tidak pernah merasakan arti kebenaran seorang hamba yang takabbur dengan dirinya".

Sampai disini saja saya kira cukup untuk orang yang menempuh jalan kebaikan pada tahap permulaan. Sebenarnya masih banyak lagi aqwal (petuah-petuah ulama) yang berkenaan dengan fasal ini.


sumber : kitab "Al-Adzkar" Imam An-Nawawi

0 komentar:

Posting Komentar

Setelah baca komentar ya.. :)

Worm Picture on Bridestory
 
bloggersumut.net

Site Info



free counters

Google PageRank Checker


Followers

.:::Luthfi:::. Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template